TRIBUN-VIDEO.COM - Perwakilan aliansi Uni Eropa (UE) memberikan pernyataan mengenai sikapnya terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, UE rupanya memiliki pandangan sendiri terkait keterlibatannya dalam perang tersebut.
Meski tengah mempertimbangkan akan beraliansi dengan Ukraina, UE tegas mengatakan tak akan ikut berperang.
Baca: Bertubi-tubi! Pasukan Rusia Serang Stasiun Rudal S-300 Milik Ukraina di Mykolaiv, Hancur Lebur
Seperti dilaporkan media Rusia RIA Novosti, Rabu (6/7/2022), Josep Borrell, kepala diplomasi UE menerangkan bahwa sanksi akan tetap menjadi tanggapan utama terhadap agresi militer di Ukraina.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jepang Yomiuri, ia menyebutkan bahwa UE telah melangkah lebih jauh dibandingkan saat awal konflik.
"Kami mulai bergerak dari niat ke tindakan, menunjukkan bahwa ketika kami diprovokasi, Eropa dapat merespons. Karena kami tidak ingin berperang dengan Rusia, sanksi ekonomi sekarang menjadi inti dari tanggapan ini," ujar Borell.
Ia menambahkan bahwa tindakan yang diambil terhadap Rusia sudah mulai berlaku dan akan diintensifkan dalam beberapa bulan mendatang.
Diketahui, setelah dimulainya invasi Rusia di Ukraina, Barat meningkatkan tekanan sanksi terhadap Moskow.
Banyak negara telah mengumumkan pembekuan aset Rusia, sementara seruan untuk mengembargo ekspor energi dari Rusia semakin gencar disuarakan.
Menurut Rusia, langkah-langkah ini memberikan pukulan serius bagi Barat yang menyebabkan peningkatan inflasi dan melonjaknya harga makanan serta bahan bakar.
Seperti yang dicatat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, sanksi ini dikatakan telah memberikan pukulan serius bagi seluruh ekonomi global.
Ia menuding tujuan utama Barat adalah untuk memperburuk kehidupan jutaan orang di dunia.
Menurutnya, peristiwa saat ini menarik garis di bawah dominasi global Barat baik dalam politik maupun ekonomi.
Baca: Model Cantik Asal Brasil Tewas Terkena Rudal Rusia, Dikenal sebagai Penembak Jitu yang Bela Ukraina
Bom Atom Ekonomi Dijatuhkan ke Rusia
Aliansi negara Sekutu mengenakan sanksi ekonomi yang semakin keras terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Target terbarunya melibatkan pelarangan akses Rusia ke SWIFT, singkatan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication.
Hal ini menjadi sanksi ekonomi terbesar hingga disebut sebagai bom nuklir untuk melumpuhkan sistem keuangan Rusia.
Dilansir ABC News, Minggu (27/2/2022), Amerika dan sejumlah negara lain telah menyetujui pembatasan akses Rusia ke SWIFT.
Pasalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin masih enggan menarik pasukannya dari Ukraina.
Adapun SWIFT adalah sistem pengiriman pesan yang didirikan pada tahun 1973 yang memungkinkan lembaga keuangan besar untuk saling mengirim uang.
Sistem yang berbasis di Belgia ini digunakan oleh lebih dari 11 ribu bank dan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara dan wilayah, termasuk Rusia.
SWIFT menangani 42 juta pesan sehari, memfasilitasi transaksi senilai triliunan dolar.
Menurut Financial Times, Rusia menyumbang 1,5 persen dari transaksi SWIFT pada tahun 2020.
Pada Sabtu (26/2/2022) malam, Gedung Putih mengumumkan bahwa AS akan memutuskan beberapa bank Rusia dari SWIFT dalam kemitraan dengan Komisi Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan Kanada.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis, pihak Amerika menyebut bahwa tindakan ini akan melumpuhkan sistem finansial Rusia.
Pasalnya, sejumlah aset milik pengguna tak akan bisa ditarik sehingga menyebabkan bank-bank di Rusia diprediksi akan menahan uang nasabahnya.
"Melakukan tindakan pembatasan yang akan mencegah Bank Sentral Rusia menyebarkan cadangan internasionalnya dengan cara yang merusak dampak sanksi dari kami," bunyi pernyataan tersebut.
"Ini akan memastikan bahwa bank-bank ini terputus dari sistem keuangan internasional dan membahayakan kemampuan mereka untuk beroperasi secara global."
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Uni Eropa akan ikut memilah bank mana saja yang diputus dari SWIFT.
Beberapa ahli percaya bahwa memberikan sanksi kepada bank seperti yang telah dilakukan AS dan sekutu sejauh ini adalah cara yang efektif untuk membekukan aset Rusia.
Pasalnya, jika tidak ada uang untuk dipindahkan, sistem transaksi Rusia ke luar akan menjadi kacau.
Di sisi lain, negara-negara Eropa kemungkinan akan menghadapi dampak negatif terhadap ekonomi mereka sendiri dari sanksi SWIFT.
Jerman, khususnya, yang selama ini memiliki ketergantungan pada pasokan gas dan minyak Rusia.
(TribunWow.com)
Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul Uni Eropa Tegas Bicara soal Kemungkinan Berperang dengan Rusia Buntut Konflik Ukraina
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.