Curhat Nelayan Malinau, Penghasilan Menurun Drastis hingga Usulan Pengadaan Mesin Ditolak Pemerintah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-VIDEO.COM, MALINAU - Curhat nelayan di Malinau, penghasilan menurun drastis hingga usulan pengadaan mesin ketinting ditolak Pemerintah.

Hasil perikanan di wilayah perairan Kabupaten Malinau cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Selain dikeluhkan oleh nelayan, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Malinau, Sofyan juga memaparkan hal yang sama.

Karena potensi hasil laut menurun, imbas merosotnya potensi perairan daerah, berdampak langsung terhadap menurunnya kesejahteraan nelayan di Bumi Intimung.

Ketua Kelompok Nelayan, Imbayud Taka, Hasan mengatakan dampak menurunnya potensi perairan sangat mempengaruhi kualitas hidup nelayan.

Baca: Nelayan Sampaikan Aspirasi dalam Pertemuan Bersama Pemerintah Malinau

Ayah dari 2 orang anak tersebut bercerita.

Dulu, potensi wilayah perairan di Kabupaten Malinau sangat menjanjikan.

Penghasilan nelayan bisa dikatakan sangat berkecukupan.

Dulunya, nelayan di Sungai Sesayap bisa memperoleh hingga Rp200 ribu dalam sehari.

Jumlah tersebut dinilainya lebih dari cukup untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga.

Dari tahun ke tahun, tangkapan hasil laut mulai merosot.

Hasil melaut saat ini paling banyak Rp50 ribu sehari.

Hasil tersebut diperoleh nelayan setelah seharian berjemur terik dan hujan di sungai.

Rutinitasnya, nelayan akan mulai melaut sekira pukul 06:00 Wita hingga pukul 17:30 Wita.

"Memang sangat menurun. Kalau sebelumnya bisa dapat Rp 200 ribu sehari. Sekarang kalau dirupiahkan dapat Rp 50 ribu sehari, setelah dipotong bensin dan biaya lain-lain.

Itupun kita sudah bersyukur, jumlah itu banyak untuk sekarang," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Kamis (10/6/2021).

Dalam pertemuan perwakilan kelompok nelayan bersama Bupati dan Wakil Bupati Malinau kemarin, rata-rata perwakilan nelayan mengeluhkan hal yang sama. Tangkapan hasil laut semakin menurun.

Dalam kelompok, masing-masing nelayan punya spesifikasi keahlian penggunaan alat tangkap.

Hasan mengatakan dia lebih condong menggunakan jala. Dan komoditas incarannya adalah Udang Galah.

"Kalau di kelompok kami, ada yang pakai pukat, dan ada juga yang pakai jala. Tiap nelayan punya keahlian penggunaan alat tangkap. Saya sendiri lebih condong nyari Udang Galah, pakai jala," katanya.

Baca: Nelayan di Gorontalo Selamat Berkat Minta Tolong di Medsos, Perahunya Terbalik dan Terombang-ambing

Hasil tangkapan tersebut dijual di pasar penampungan hasil laut seharga Rp 80 hingga Rp 100 ribu per kilogram.

Hasil penjualan dikurangi lagi dengan biaya akomodasi seperti bahan bakar untuk mesin Ketinting miliknya.

Hasan menjelaskan, bahan bakar yang digunakan untuk mesin Ketintingnya paling sedikit 5 liter dalam sehari.

Dengan penghasilan bersih Rp 50 ribu sehari tersebut, dirinya mengaku sudah sangat bersyukur. Jumlah tersebut diakuinya banyak untuk hasil laut nelayan saat ini.

"Setelah dipotong bensin dan lain-lain, Rp 50 ribu itu sudah termasuk banyak untuk hasil tangkap nelayan saat ini. Karena itulah kami juga harus berupaya cari kerja sampingan, berkebun sayur atau berladang," ucapnya. (*)

Baca berita terkait lainnya

Sumber: Tribun Kaltara
   #Malinau   #nelayan   #Perikanan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda