TRIBUN-VIDEO.COM - Penyakit tifus atau demam tifoid merupakan penyakit yang terjadi akibat infeksi bakteri Salmonella typhi.
Demam ini secara umum menyerang penderita dalam kelompok usia 5-30 tahun.
Tifus dapat menular dengan cepat, umumnya melalui konsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhii.
Masa inkubasi dari bakteri umumnya dapat bervariasi juga, yaitu mulai dari 3 hari hingga 60 hari.
Hingga saat ini, penyakit tifus masih menjadi masalah kesehatan di berbagai negara, terutama di negara berkembang.
Di Indonesia sendiri, angka kejadian penderita tipes cukup tinggi, dan hal ini berkaitan dengan kebersihan lingkungan dan sanitasi yang belum memadai.
Hampir 100.000 penduduk Indonesia terjangkit penyakit tifus tiap tahunnya.
Oleh sebab itu, penyakit tifus dinyatakan sebagai penyakit endemik dan masalah kesehatan serius di dalam negeri.
Penyebab
Penyebab tifus adalah bakteri Salmonella typhi, dan sebagian kecil juga dapat diakibatkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C.
Demam tifoid atau tifus sendiri dapat ditularkan secara fekal-oral, yakni dari kotoran ke mulut.
Hal ini dapat terjadi bila kuman dari kotoran diangkut oleh lalat, yang kemudian meninggalkan kotoran tersebut pada makanan yang akan disantap oleh seseorang.
Karena itu, kebersihan lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam penularan demam tifoid.
Sangat disarankan juga untuk tidak mengonsumsi makanan yang diduga tercemar atau yang kebersihannya patut dipertanyakan.
Selain itu, sanitasi yang buruk dan keterbatasan akses air bersih, diyakini merupakan penyebab lain berkembangnya penyakit tifus.
Biasanya, anak-anak lebih sering terserang tifus karena belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, diperkirakan tiap satu dari lima orang akan meninggal karena tifus.
Apalagi, tifus juga berisiko menimbulkan komplikasi.
Gejala
Gejala tifus sangat luas dan bervariasi.
Pada umumnya, seseorang dicurigai terkena tifus bila mengalami demam lebih dari 7 hari dan tidak mereda meskipun mengonsumsi obat penurun panas.
Demam juga dapat semakin tinggi secara bertahap setiap harinya, dan bila tidak ditangani, dapat berlangsung hingga 3 minggu.
Secara umum, berikut ini adalah gejala-gejala penyakit tifus:
• Rasa lemah
• Nyeri kepala
• Nyeri pada persendian
• Nyeri pada otot-otot tubuh
• Perut terasa kembung atau nyeri
• Diare atau sulit buang air besar
• Mual dan muntah
• Batuk
• Tampak gelisah
• Demam yang meningkat secara bertahap tiap hari mencapai 39°C–40°C dan biasanya (akan meningkat pada malam hari)
• Merasa tidak enak badan
• Berat badan menurun
Bila tidak ditangani dengan tepat, demam tifoid juga dapat menimbulkan komplikasi, baik pada saluran pencernaan, hati, jantung, atau sistem persarafan.
Diagnosa
Penyakit tifus dapat didiagnosis melalui wawancara medis yang mendetail, pemeriksaan fisik lengkap, dan pemeriksaan penunjang.
Wawancara medis dapat mencakup riwayat keluhan yang dialami, serta faktor risiko seperti riwayat konsumsi makanan dengan kebersihan yang kurang baik.
Pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan oleh dokter untuk memastikan arah diagnosis.
Selain itu, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis adalah uji Widal serta pemeriksaan IgG dan IgM Salmonella typhi.
Pemeriksaan biakan/kultur darah dan Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan pemeriksaan definitif baku emas yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri.
Namun, keduanya jarang dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup tinggi.
Lagi pula, secara umum tifus dapat terdiagnosis dari gejala umum dan pemeriksaan lain yang lebih sederhana.
Pengobatan
Jika seseorang diduga terkena tifus, disarankan untuk langsung berobat ke dokter.
Penanganan penyakit tifus dilakukan dengan pemberian obat antibiotik.
Pengobatan bisa dilakukan di rumah atau perlu dilakukan di rumah sakit.
Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit tifus yang dialami pasien.
Namun, sering dikatakan bahwa penanganan yang terbaik adalah pencegahan.
Untuk mencegah tertular demam tifoid, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang diduga telah tercemar oleh lalat, atau yang kebersihannya tidak terjamin.
Hal ini akan mengurangi risiko Anda untuk terinfeksi bakteri Salmonella typhi.
Sementara itu, jika telah didiagnosis mengalami demam tifoid, umumnya akan mendapatkan penanganan berikut ini:
• Bed rest.
• Asupan nutrisi yang sesuai untuk penderita.
Bila penderita memiliki kesulitan asupan dikarenakan mual dan muntah, asupan tambahan dapat diberikan melalui cairan infus sesuai anjuran dokter.
• Pemberian antibiotik sesuai anjuran dokter, dengan mempertimbangkan derajat beratnya penyakit serta sensitivitas individu terhadap antibiotik tersebut.
• Pemberian obat penurun demam.
• Pemberian obat untuk gejala-gejala lainnya seperti mual, muntah, nyeri perut, gangguan buang air besar, dan sebagainya, sesuai dengan keluhan yang dialami oleh pasien.
Vaksinasi
Salah satu langkah untuk mencegah penyakit tifus adalah dengan vaksinasi tifoid.
Di Indonesia, vaksin tifoid termasuk imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah, namun belum termasuk ke dalam kategori wajib.
Vaksin tifoid diberikan kepada anak-anak berusia lebih dari 2 tahun, dan diulang tiap 3 tahun.
Seperti vaksin-vaksin lainnya, vaksin tifoid tidak menjamin perlindungan 100% terhadap infeksi tifus.
Anak yang sudah diimunisasi tifoid tetap dapat terinfeksi, namun infeksinya tidak seberat pada pasien yang belum mendapat vaksin tifoid.
Vaksinasi juga sangat dianjurkan bagi orang yang ingin bekerja atau bepergian ke daerah yang banyak kasus penyebaran tifus.
Tindakan pencegahan lain yang perlu dilakukan adalah menjaga kebersihan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi, serta menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
(Tribunnewswiki/Septiarani)
Artikel ini telah tayang di TribunnewsWiki dengan Judul Artikel: Demam Tifoid (Tifus/Tipes)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.