Kalah Bersaing Dengan Transportasi Modern, Tukang Ojek Sepeda Khawatir Kian Tersisih

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Rafdi Ghufran

TRIBUN-VIDEO.COM, TANJUNG PRIOK - Pada usia senjanya, Daud (60) masih setia mengayuh sepeda ontelnya demi mencari nafkah.

Telah tujuh tahun lamanya Daud menjalani profesi sebagai tukang ojek sepeda di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Hal itubterpaksa dilakukannya demi mempertahankan asap di dapur rumahnya tetap mengepul.

Tidak seperti dahalu, dia mengaku kini peminat ojek sepeda sudah banyak berkurang.

Hal tersebut disebabkan maraknya persaingan ojek sepeda dengan transportasi umum lainnya.

Disamping itu, generasi muda pun tidak ada yang berminat untuk mencari nafkah sebagai tukang ojek sepeda.

"Sampe sekarang sih peminatnya berkurang ya, kayanya lama-lama bisa hilang juga sih bersaingan sama motor. Soalnya pengganti yang baru udah ga ada, dulu kan banyak ya," kata Daud, Senin (24/9/2018).

Baca: Secarik Surat Diletakkan pada Bayi yang Ditinggalkan di Teras Panti, Saya Ambil 5-7 Tahun ke Depan

Untuk tarif, Daud mengaku tidak pernah menentukan harga pada penumpang.

Para penumpang dipersilahkan untuk membayar seikhlasnya.

Meski begitu, dia mengaku jasa ojek sepedanya masih sering kali sepi penumpang.

Daud pun mengatakan pernah suatu hari dirinya tidak mendapatkan satu pun penumpang dalam tiga hari.

"Karena sepi kan ga ada pelangga pernah juga tiga hari ga dapet pelanggan," ujarnya kepada TribunJakarta.com.

Meski pun sepi pelanggan, kakek yang sudah memiliki dua orang cucu ini berhasil membesarkan kedua anaknya sampai menikah dan bekerja.

Padahal dalam sehari penghasilannya dari ojek sepeda hanya menyentuh rata-tata Rp 20 ribu.

Sepeda yang dia digunakannya pin bukan miliknya sendiri, Daud menyewa sepedanya seharga Rp 20 ribu per minggu dari temannya. (*)

TONTON JUGA: